BERAKHIRNYA PENANTIAN PANJANG
Semua berawal dari sebuah ruang kelas. Pak nurhadi adalah guru bahasa Inggris selaku manajer tim basket kami. Beliau mengumpulkan semua siswa yang tertarik untuk ikut klub basket, sekitar 20 orang berada di situ termasuk saya. Ia berkata "klub basket yang sekarangg bukan untuk main-main, ini klub serius yang cuma pengen eksis atau cuma main-main bisa keluar dari ruangan ini" kami semua tertegun, tidak ada yang keluar kelas pada saat itu. Setelah menjelaskan vini,vidi,visi klub basket beberapa hari selanjutnya latihan pertama di mulai. Kami kedatangan peltatih baru, Coach ari adiska banyak teman-teman yang kurang suka dengan cara melatihnya belakangan saya baru tahu telah terjadi cek-cok antara senior dan pihak sekolah. Pelatih favorit senior kami di 'bebas tugaskan' dengan alasan yang kurang jelas membuat mereka membangkang. Saya yang pada waktu itu masih kelas 1 dan tidak tahu apa-apa hanya bisa ikut latihan dan berjanji akan membuat tim ini sukses, minimal menyumbangkan 1 piala.
3 bulan kemudian yang tadinya 30 orang ingin masuk tim
basket tersisa hanya 8 orang yang ingin serius. Tahun pertama klub basket
Kharisma Bangsa dilewati dengan banyak masalah; perbedaan pendapat, masalah
pribadi namun, itu hanyalah bagian dari adaptasi. Di tahun kedua kami lebih
kompak, tidak butuh waktu lama untuk mendapatkan chemistry antar pemain dengan menambahkan 4 pemain kelas 1 lahirlah
tim basket SMABA (Kharisma Bangsa) dengan prioritas menambah 1 piala
non-akademik dan tujuan utama mengikuti DBL Indonesia.
"Tim ini belum
ada pemimpinnya, ga akan hidup kalau ga ada 1 orang yang ngatur di dalam atau
luar lapangan" kata coach ari, "Gw ga ber-hak milih, jadi kalian yang
milih" sambung dia. Satu per satu menyebutkan nama pemain yang di inginkan
untuk menjadi kapten. Akhirnya terpilih-lah saya, pemain yang skillnya masih
rendah termasuk anak bawang dalam basket entah kenapa mereka memilih saya.
Katanya sih karena saya ga pernah bolos latihan tapi yah karena sudah terpilih
saya ber-tanggung jawab atas tim ini, itulah yang jadi motivasi saya.
Turnamen demi turnamen kami lalui namun belum memuahkan
hasil padahal waktu sparring melawan sekolah-sekolah lain tim ini mendapatkan
hasil yang baik. Mental! itu masalahnya, Tim SMABA berusaha mebenahi masalah
tersebut sebelum DBL Banten series dimulai. Mengumpulkan persyaratan DBL cukup
berat karena selain syaratnya banyak mengatur teman-teman satu tim juga perlu.
Sempat frustasi karena pesyaratan DBL ternyata kami lah tim pertama yang
terdaftar, rasa bangga dan bahagia menyebar satu sekolah ya, ikut kompetisi
pelajar tertinggi se-Indonesia adalah perjuangan untuk kami yang sekolahnya
tidak terlalu memperhatikan bidang non-akademik. Niat kami memang ingin
menyabet juara 1 DBL 2011 waktu itu namun memang belum saatnya. kekalahan di
DBL adalah yang terberat buat kami, latihan selama 2 setengah tahun dan janji
pada sekolah serta senior belum bisa terbayar. Yang paling saya takuti saat itu
adalah jika tim basket di berhentikan karena tidak menghasilkan apa-apa
sepanjang tahun untungnya, tim dance kami, SMABAWhizz juara 1 dalam kompetisi
tersebut. Terselamatkan oleh mereka, kami di pastikan ikut DBL tahun berikutnya
hanya saja saya dan 7 orang lainnya tidak bisa main lagi karena sudah kelas 3.
Saat kami kelas 3 kami tidak berhenti berkontribusi dan
tetap percaya bahwa suatu hari sekolah ini akan memiliki piala bidang
non-akademis yang banyak. Komposisi team adik kelas kami sudah cukup bagus tapi
masih belum bisa memberi hasil yang memuaskan, DBL 2012 mereka kalah tipis
sampai masuk koran jawa pos saking tipisnya. Di akhir saya kelas 3 akhirnya
kami memutuskan untuk mencari pemain luar untuk diberi beasiswa penuh, proses
negosiasi panjang dijalani saya pun membantu proses itu. Akhirnya sekolah
setuju untuk memberikan beasiswa untuk 3 orang anak.
Setelah saya lulus
perasaan kuarang puas masih menghantui, saya putuskan untuk berkontribusi
lebih. Karena liburan panjang saya membantu tim basket sebagai assistant coach,
dengan tambahan 3 pemain beasiswa saya yakin tahun ini akan berhasil, jauh dari
tahun-tahun sebelumnya. Turnamen yang pertama kami kalah di putaran ke-2,
"team chemistry-nya belum
dapat", pikir saya.
Beberapa minggu depan kami mengikuti turnamen ke-2 dengan
sistem grup kami keluar sebagai juara grup, di semifinal beberapa pemain
berhalangan hadir. Hanya bermain dengan 9 orang bukan masalah untuk tim ini,
kami mengalahkan lawan dengan skor 50-10 ini membuktikan bahwa tim yang
sekarang tidak bergantung dengan beberapa orang namun seluruh tim ikut
berkontribusi. Partai final cukup menegangkan untuk saya dan tim karena ini
adalah pertandingan final pertama kami. Saya mengundang teman satu tim saya
untuk menonton karean yakin akan terjadi suatu perubahan.
SMABA sempat tertinggal di akhir quarter pertama, 4-7.
Terlihat sekali anak-anak masih under
pressure. Memasuki quarter 2 terjadi balas-membalas memasukkan bola. Saat
halftime tim berhasil mengatasi masalah mental dan bermain lepas, memimpin
27-13. Setelah itu terlihat sekali tim mendominasi sampai akhir pertandingan
dengan skor akhir 57-39. Saat peluit akhir dibunyikan saya langsung teriak
memanggil nama teman saya "Dimiiiii! we did it maaaaan! finally!" rasa
bahagia menyerbu satu GOR entah berapa orang yang terharu termasuk saya. Piala
pertama kami adalah piala juara 1. Penantian panjang baerakhir sudah, latihan
selama ini dan janji pada sekolah serta senior akhirnya terbayar. Kepercayaan
dan perasaan saling menyemangati yang tidak pernah putus mebuat momen pada
malam itu terasa sangat manis. Bukan sebagai pemain atau kapten, tapi sebagai
asisten pelatih akhirnya saya mencicipi piala juara 1. Terkadang memang kita
harus melakukan sesuatu yang berbeda untuk mencapai satu tujuan. Asal tetap
yakin dan pantang menyerah mimpi pasti dapat diraih!
Tidak berhenti sampai itu kami akan terus menambah prestasi
bidang non-akadenis khususnya basket dan tidak lupa, sasaran utama kami, DBL
Indonesia 2013.